- Anggaran Ratusan Miliar: Ambisi dan Akuntabilitas
- 49 Cabang Olahraga: Dari Rumput Stadion hingga Langit Paramotor
- Venue Dikebut: Target Rampung Bertahap
- Dampak Ekonomi: Bukan Sekadar Laga, Tapi Juga Perputaran Rupiah
- Tata Kelola dan Transparansi: Kunci Kepercayaan Publik
- Warisan Porprov: Momentum Membangun Ekosistem Olahraga
todosemjogo.org – Pemerintah Kota Bekasi mengajukan anggaran lebih dari Rp100 miliar untuk penyelenggaraan Porprov Jawa Barat XV/2026. Wakil Wali Kota Bekasi sekaligus Ketua PB Porprov, Abdul Harris Bobihoe, menyebut 49 cabang olahraga akan dipertandingkan dan pembangunan venue dikebut hingga akhir 2025.
Read More : DLH Bekasi Tancap Gas Wujudkan PSEL Sebagai Langkah Nyata Atasi Krisis Sampah
Anggaran Ratusan Miliar: Ambisi dan Akuntabilitas
Di sela Rapat Paripurna DPRD, Selasa (2/09/2025), Wakil Wali Kota Bekasi Abdul Harris Bobihoe yang juga menjabat Ketua PB Porprov Kota Bekasi mengungkapkan pengajuan anggaran di atas Rp100 miliar untuk Porprov Jawa Barat XV/2026. Dana itu difokuskan pada pembangunan dan penyempurnaan venue bagi cabang-cabang olahraga yang akan dipertandingkan.
“Insyaallah ada bantuan juga dari KONI Jabar. Mudah-mudahan tahun depan bisa terselesaikan,” ujar Harris.
Anggaran besar menuntut akuntabilitas yang sama besarnya. Sepak terjang Porprov bukan semata seremoni kompetisi, tetapi juga amanah untuk menghadirkan fasilitas yang layak, aman, dan berstandar bagi atlet serta menjadi warisan infrastruktur olahraga bagi warga.
49 Cabang Olahraga: Dari Rumput Stadion hingga Langit Paramotor
Kota Bekasi menyiapkan diri sebagai tuan rumah untuk 49 cabang olahraga. Sejumlah cabor populer mengemuka sepak bola, bola voli, dan bulu tangkis, namun ada pula cabor yang menantang adrenalin seperti paramotor. Keberagaman cabor berarti kebutuhan venue yang berbeda-beda seperti lapangan berstandar, gelanggang tertutup, hingga ruang udara yang aman dan terukur.
“Ada 49 cabor yang akan dipertandingkan, contoh di antaranya sepak bola, volleyball, badminton, dan paramotor,” jelas Harris.
Keragaman tersebut menuntut koordinasi lintas OPD, federasi cabor, dan panitia pelaksana. Standar teknis cabor harus ditegakkan agar hasil kompetisi diakui, sekaligus menjaga keselamatan atlet.
Venue Dikebut: Target Rampung Bertahap
Politisi Gerindra itu menyebut optimisme pembangunan venue. Paket yang sudah dianggarkan tahun 2024 ditargetkan rampung pada akhir tahun ini, sementara beberapa tambahan akan menyusul sesuai kebutuhan teknis masing-masing cabor.
“Insyaallah akhir tahun ini semua venue yang dianggarkan tahun 2024 sudah selesai, hanya tinggal beberapa tambahan,” pungkasnya.
Target bertahap ini penting. Lebih baik tuntas dan sesuai spesifikasi daripada cepat namun menyisakan cacat teknis yang berisiko pada keselamatan dan kualitas pertandingan.
Dampak Ekonomi: Bukan Sekadar Laga, Tapi Juga Perputaran Rupiah
Porprov berpotensi menjadi pengungkit ekonomi lokal: okupansi hotel, kuliner, transportasi, hingga UMKM sekitar venue. Setiap tribun yang terisi penonton, setiap laga yang digelar, adalah peluang perputaran rupiah. Karena itu, perencanaan tata kelola penonton, mobilitas atlet, dan promosi kawasan perlu ikut dikebut agar manfaatnya meluas, tidak eksklusif.
Tata Kelola dan Transparansi: Kunci Kepercayaan Publik
Ratusan miliar rupiah bukan angka kecil. Publik berhak tahu: rincian pos anggaran, tahapan pekerjaan, jadwal lelang, progres konstruksi, dan audit pemanfaatan. Transparansi bukan penghalang, melainkan pijakan kepercayaan agar dukungan masyarakat mengalir tanpa curiga.
Checklist tata kelola yang patut dipenuhi:
- Publikasi rencana kebutuhan dan spesifikasi teknis venue per cabor.
- Timeline pengerjaan beserta indikator capaian bulanan.
- Pelibatan federasi cabor dalam uji kelayakan venue.
- Laporan progres berkala kepada DPRD dan publik.
- Rencana pemanfaatan pasca-porprov agar venue tidak menjadi monumen sepi.
Warisan Porprov: Momentum Membangun Ekosistem Olahraga
Porprov 2026 harus meninggalkan warisan jangka panjang seperti fasilitas yang hidup, komunitas olahraga yang bertumbuh, dan pembinaan atlet yang berkelanjutan. Bukan sekali pakai, lalu padam. Kota Bekasi ditantang menjaga ritme: dari pembangunan, pengujian, hingga pemeliharaan.
Pada akhirnya, olahraga selalu bicara tentang disiplin, standard, dan fairness. Sama halnya dengan pengelolaan anggaran: disiplin pada aturan, standar pada mutu, dan adil pada publik. Jika semua itu dipenuhi, Porprov Jabar XV/2026 bukan hanya perhelatan; ia akan menjadi deklarasi kesiapan Kota Bekasi sebagai rumah besar olahraga Jawa Barat.






