Todosemjogo.org – Puluhan pegawai Perumda Tirta Patriot mengikuti bimbingan teknis (bimtek) untuk menurunkan kebocoran air atau Non-Revenue Water (NRW) yang masih tinggi, terutama di Unit Layanan Rawa Tembaga yang ditaksir menembus 70%. Kegiatan menghadirkan pakar NRW dari PT Bhakti Air Indonesia dan menjadi tindak lanjut pascapemisahan aset dari Bhagasasi.
Read More : Sman Di Bekasi Sabet Juara Olimpiade Nasional
Latar Masalah: Saat Air Mengalir, Pendapatan Menguap
Air mengalir, tapi pendapatan tak ikut serta. Itulah wujud paling telanjang dari NRW, kebocoran fisik pada jaringan, pencatatan yang keliru, hingga penyambungan ilegal. Di Perumda Tirta Patriot, tantangan itu nyata. Selepas pengambilalihan aset dari Bhagasasi, hampir seluruh SPAM yang diterima mencatat kebocoran di kisaran 50%. Di Rawa Tembaga, angkanya bahkan diduga melampaui 70%.
Kerugian bukan hanya soal neraca perusahaan; masyarakat ikut menanggung akibatnya tekanan air melemah, suplai tak merata, dan efisiensi layanan terganggu.
Alih-alih larut dalam keprihatinan, manajemen memilih bergerak. Perumda Tirta Patriot menggelar bimtek untuk puluhan pegawai dengan satu tujuan gamblang: memangkas kebocoran dari hulu ke hilir melalui peningkatan kompetensi teknis.
Suara Manajemen: Fokus Baru Setelah Pengambilalihan Aset
Direktur Utama Perumda Tirta Patriot, Ali Imam Fariyadi, menegaskan penanganan kebocoran kini menjadi pekerjaan rumah utama setelah aset Bhagasasi resmi beralih. Selain ekspansi pelanggan, pengendalian NRW ditempatkan sebagai prioritas.
Ia menyoroti Rawa Tembaga sebagai contoh ekstrem: kebocoran diduga melampaui 70%. “Kondisi itu jelas merugikan, baik bagi perusahaan maupun warga. Karena itu SDM harus disiapkan untuk mengendalikan masalah ini,” tegasnya pada Senin (15/09/2025).
Keseriusan tidak berhenti di pelatihan. Perumda Tirta Patriot menggandeng Water.org untuk membenahi rantai layanan air bersih dari sumber hingga sambungan rumah. Kemitraan ini diharapkan memperkuat tata kelola, mempercepat intervensi perbaikan, dan membuka akses pada praktik terbaik internasional dalam pengurangan NRW.
Tindak Lanjut Teknis: Dari Pemetaan Pipa Hingga Penertiban Sambungan
Direktur Teknik, Tjetjep Achmadi, menyebut bimtek ini sebagai langkah lanjut pascapemisahan aset yang memunculkan pekerjaan berat termasuk pembocoran pada SPAM. Harapannya, tim lapangan makin paham cara menutup titik hilang.
Fokus teknis yang diprioritaskan meliputi:
- Pencarian kebocoran aktif dengan perangkat acoustic leak detector dan korelator.
- Segmentasi jaringan (DMA) untuk memetakan losses per zona dan mempercepat respon.
- Kalibrasi dan penggantian meter pelanggan yang aus agar pencatatan presisi.
- Standarisasi perbaikan (SOP penggalian, pengelasan/penyambungan, dan uji tekanan).
- Penertiban sambungan ilegal lewat audit rutin dan pelibatan warga.
Pelatihan tanpa metrik hanya akan berakhir sebagai poster di dinding. Karena itu, manajemen menyiapkan indikator kinerja yang terukur: tingkat NRW per DMA, waktu tanggap perbaikan kebocoran, penurunan kehilangan air per bulan, serta jumlah meter yang dikalibrasi atau diganti.
Dengan data yang diperbarui berkala, tim bisa mengidentifikasi zona paling boros, memprioritaskan penanganan, dan mengevaluasi dampak setiap tindakan.
Dampak untuk Warga: Layanan Stabil, Rasa Adil Terpenuhi
Menekan kebocoran berarti menata ulang rasa keadilan. Saat air yang diproduksi benar-benar sampai ke pelanggan, tekanan lebih stabil, jadwal distribusi lebih pasti, dan potensi kenaikan tarif karena inefisiensi bisa dihindari. Transparansi pencatatan juga memberi kepastian bagi pelanggan, apa yang dipakai, itulah yang dibayar.
Perumda Tirta Patriot memulai dengan cara yang tepat: membangun kapasitas sebelum menuntut hasil. Bimtek ini adalah pijakan awal untuk menurunkan NRW secara sistematis. Tantangan masih panjang dari pembenahan jaringan tua hingga penegakan aturan di lapangan namun arah sudah jelas.
Jika disiplin data dijaga, SOP ditegakkan, dan kolaborasi dengan mitra seperti Water.org diperkuat, angka 70% di Rawa Tembaga bukan vonis, melainkan titik balik. Air yang dulu “hilang” pelan-pelan kembali menjadi layanan nyata terasa di keran warga, nyata tercatat di laporan perusahaan.






