todosemjogo.org – Di tengah geliat usaha mikro yang tumbuh dari lorong-lorong kampung, Koperasi Merah Putih Margahayu mengajukan satu tuntutan sederhana namun krusial yaitu kantor yang layak. Bukan sekadar alamat, melainkan ruang kerja yang representatif agar layanan bagi pelaku UMKM berjalan rapi, tertib, dan tepat sasaran.

Read More :

KMP Margahayu lahir dengan mandat jelas mendorong kesejahteraan masyarakat lewat penguatan UMKM. Ketua Koperasi, Andi Jemi Akil, menegaskan koperasi kini fokus menjalankan tiga lini usaha yang langsung menyentuh kebutuhan dasar warga. “Kami menata pondasi dulu. Setelah kuat, barulah layanan lain menyusul,” ujarnya.

Tiga Lini Usaha yang Sudah Berjalan

Koperasi memulai dari kebutuhan paling dekat dengan dapur warga:

  • Gerai sembako untuk menekan biaya belanja harian,
  • Distribusi LPG 3 kg agar pasokan tepat dan harga terjaga,
  • Klinik obat-obatan sebagai akses kesehatan dasar yang cepat dan terjangkau.

Skema simpan pinjam, magnet utama gerak koperasi disiapkan sebagai fase berikut. “Kita lihat progres dulu. Begitu manajemen dan arus kas stabil, simpan pinjam akan digelar,” kata Andi.

Di atas kertas, programnya tertata. Di lapangan, tersendat pada satu hal: kantor sekretariat yang representatif. Selama ini, KMP Margahayu masih “menumpang” di samping kantor kelurahan. “Pagi tadi kami bersilaturahmi ke Wali Kota untuk meminta fasilitasi. Kantor yang layak membuat kerja koperasi lebih efektif, akuntabel, dan mudah diawasi,” tutur Andi. Permintaan itu bukan soal gengsi; ini tentang kepastian layanan dan kredibilitas di mata anggota.

Koperasi ini berdiri di pundak 21 pengurus dengan modal awal Rp500 ribu dan simpanan wajib Rp50 ribu per anggota. Perlahan, dana bergulir hingga Rp13 jutaan saat ini. “Legalitas lengkap. Izin beres. Yang tersisa adalah eksekusi usaha dan memperluas jangkauan,” papar Andi. Inilah wajah koperasi: uangnya kecil, tapi kepercayaan yang digenggam besar.

Gema koperasi terdengar sampai ke gang-gang. Respon warga, kata Andi, positif. Banyak yang ingin bergabung. Agenda berikutnya: sosialisasi berjenjang ke RT dan 26 RW di Kelurahan Margahayu. Strateginya sederhana yaitu mendekat ke warga, menjelaskan manfaat, dan menyusun jadwal pendaftaran anggota agar rapi. Koperasi ingin tumbuh inklusif, bukan eksklusif.

Mengapa Kantor Koperasi Penting?

Kantor bukan sekadar ruang rapat. Di sana pencatatan keuangan dilakukan, stok barang dipantau, pengaduan anggota ditampung, dan audit bisa berlangsung transparan. Kantor juga memudahkan koordinasi dengan kelurahan, dinas, dan mitra. Dalam bahasa yang lugas: tanpa kantor yang layak, layanan sulit tertib dan sulit diawasi.

Koperasi tidak meminta diistimewakan mereka meminta difasilitasi. Pemerintah Kota Bekasi didorong memberi ruang yang memadai bisa berupa pemanfaatan aset daerah, skema kemitraan, atau dukungan sarana prasarana. Selebihnya, koperasi akan bekerja: menata manajemen, mengembangkan usaha, dan mempertanggungjawabkan kinerja kepada anggota.

Jalan ke Depan: Tata Kelola, Ekspansi Layanan, dan Akuntabilitas

Begitu persoalan kantor selesai, KMP Margahayu menargetkan:

  1. Digitalisasi pencatatan agar arus kas tercatat real-time,
  2. Perluasan jaringan pemasok sembako dan LPG untuk menekan harga,
  3. Peningkatan layanan klinik melalui kurasi obat esensial dan edukasi kesehatan,
  4. Peluncuran simpan pinjam bertahap dengan prinsip kehati-hatian,
  5. Pelaporan berkala ke anggota dan pembinaan rutin dari dinas terkait.

Koperasi adalah etalase ketahanan ekonomi warga. Ketika satu demi satu kebutuhan dasar bisa dijawab dari kampung sendiri, ketergantungan menurun, kemandirian tumbuh. KMP Margahayu sudah memulai langkahnya yang rapi, bertahap, dan realistis. Kini, bola ada di meja Pemkot: memberikan fasilitasi kantor representatif agar kerja-kerja pelayanan publik berbasis koperasi benar-benar tepat guna. Karena pada akhirnya, kesejahteraan warga tidak lahir dari janji, melainkan dari ruang kerja yang memampukan, tata kelola yang bersih, dan layanan yang sampai.