Todosemjogo.org – Bekasi Timur — 20 September 2025. Di tengah rutinitas sekolah yang padat, para pelajar Global Persada Mandiri (GPM) School memilih turun tangan. Mereka tak hanya menghafal teori tentang cinta lingkungan, mereka memungutnya—satu per satu—dari tepi jalan, selokan, hingga area sekitar sekolah.
Read More : Gerakan Literasi Digital Gencar Di Sekolah Bekasi
Peringatan World Cleanup Day (WCD)—gerakan global tahunan setiap 20 September—menjadi panggung sederhana di mana kepedulian diuji dengan tindakan.
Mengapa WCD Penting?
WCD adalah kerja bersama lintas usia, profesi, dan komunitas untuk menekan persoalan sampah—organik, nonorganik, hingga limbah padat—yang kerap berujung di sungai, saluran drainase, dan muara banjir. Dengan tema nasional “Menuju Indonesia Bersih 2029”, kampanye ini mendorong aksi serentak di berbagai kota, termasuk Bekasi.
Puluhan pelajar GPM School ikut ambil bagian. Mereka menyisir kawasan sekitar sekolah dan sejumlah ruas jalan di Kecamatan Bekasi Timur, Sabtu (20/9/2025). Bukan sekadar kegiatan sambil lalu, ini adalah pelajaran di luar kelas—tentang disiplin, tanggung jawab, dan keberanian untuk memulai dari hal kecil.
“Kami ingin menumbuhkan kepedulian dan rasa tanggung jawab siswa terhadap lingkungan yang bersih,” ujar Mis Vina, Kepala Sekolah GPM School. “Kami mengajak seluruh pelajar menjaga kebersihan mulai dari rumah hingga lingkungan sekitar.”
Dari Sampah ke Solusi: Cegah Genangan, Redam Banjir
Kota besar kerap menghadapi masalah klasik: genangan yang berubah menjadi banjir saat musim hujan. Akar persoalan seringkali begitu dekat—sampah yang menyumbat. Aksi bersih-bersih ini menjadi intervensi nyata untuk mencegah penyumbatan saluran air, mengurangi risiko genangan, dan menumbuhkan kebiasaan memilah serta membuang sampah pada tempatnya.
“Harapannya, masalah genangan atau banjir yang masih menjadi momok bisa tertanggulangi,” tegas Mis Vina.
Baca juga: Pemadaman Listrik Massal Bekasi Warga Heboh Cari Alternatif
Kolaborasi dengan Pemerintah: Gerak yang Saling Menguatkan
GPM School menegaskan dukungan terhadap program Pemerintah Kota Bekasi—baik di sektor pendidikan maupun program lingkungan. Pendidikan yang relevan adalah pendidikan yang menyatu dengan ekosistem kebijakan, sehingga dampaknya meluas dan berkelanjutan.
“Kami siap mendukung seluruh program pemerintah,” pungkasnya.
Kegiatan satu hari tak akan menyelesaikan semua persoalan. Namun, kebiasaan lah yang akan mengubah peta. Dari membiasakan bawa botol minum sendiri, memilah sampah di rumah, hingga mengurangi plastik sekali pakai—kecil memang, tetapi konsisten. Itulah inti pendidikan lingkungan: mengubah perilaku, bukan hanya mengisi buku laporan kegiatan.
Tiga Kebiasaan Sederhana yang Bisa Ditiru
- Mulai dari rumah: sediakan 2–3 tempat sampah untuk memilah organik, anorganik, dan residu.
- Bawa ulang pakai: botol minum, kotak makan, dan tas belanja.
- Jadi teladan: ajak teman dan keluarga; perubahan paling cepat menular lewat contoh.
“Menuju Indonesia Bersih 2029”: Target Bukan Sekadar Tagar
Target 2029 adalah kompas, bukan pajangan. Ia menuntut konsistensi: dari sekolah, RT/RW, komunitas, hingga pemerintah. Bekasi Timur menunjukkan satu hal penting hari ini—bahwa pelajar dapat menjadi motor penggerak budaya bersih. Mereka bukan sekadar objek kebijakan; mereka subjek perubahan.
Di sela-sela tumpukan plastik kresek dan sisa bungkus makanan, para siswa belajar hal yang sulit ditemukan di buku: bahwa kebersihan adalah keputusan harian. Keputusan untuk tidak membuang sembarangan. Keputusan untuk peduli meski tak ada yang melihat. Dan keputusan untuk berbuat meski tampak sepele.
Penutup: Dari Bekasi untuk Bumi
Peringatan WCD di Bekasi Timur menegaskan pelajaran penting: lingkungan yang bersih bukan hadiah, melainkan hasil kerja bersama. GPM School telah memulai—menjaga selokan, membersihkan trotoar, merapikan sekitar sekolah. Kini, giliran kita semua yang memperpanjang estafetnya: menata rumah, menegur kawan, dan memilih kebiasaan yang berpihak pada bumi.
Kebersihan adalah kejujuran yang paling mudah terlihat. Dan hari ini, para pelajar GPM School telah memberi contoh—tanpa banyak kata, cukup dengan aksi.






